Sabtu, 08 November 2014

pengendalian vektor



MAKALAH
PENGENDALIAN VEKTOR









Oleh:
Nama                    : Rezky Kurniawan
Nim                      : 0120740127
Semester               : V (Lima)
Peminatan            : Kesehatan Lingkungan


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sayapanjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena atas anugerah dan berkat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGENDALIAN VEKTOR”. Makalah ini bertujuan untuk memberikan Pengenalan Terhadap vektor-vektor penyakit dan pengendalin yang dapat dilakukan .
Melalui makalah ini penulis berharap para pembaca mendapatkan ilmu yang bemanfaat dan berguna untuk membangun bangsa, khususnya bagi mahasiswa/i di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sehingga makalah ini menjadi makalah yang berguna untuk generasi penerus bangsa.
penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami para penulis memohonkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun.

           JAYAPURA,  5  November 2014


                                 Penulis    


DAFTAR ISI
Halaman judul .........................................................................     1
Kata pengantar ........................................................................     2
Daftar isi ..................................................................................     3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................     4
1.1 Latar belakang ............................................................     4
1.2 Tujuan ........................................................................     5
1.3 Manfaat ......................................................................     5
BAB II PEMBAHASAN .........................................................     6
2.1 Vektor Nyamuk ..........................................................     6
2.2 Vektor Lalat ...............................................................     11
2.3 Vektor Kecoa/Lipas ....................................................     15
2.4 Vektor Tomcat ...........................................................     17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................     20
3.2 Saran ..........................................................................     20
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................     21



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya. Vektor juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit seperti yang sudah di jelaskan di atas (Nurmaini,2001). Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor tersebut (Menkes, 2010).
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga yang dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu antara lain seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah dan sekarang ditemukan penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, disamping penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah (Chandra, 2006).

Sebagai contoh kecenderungan penyakit DBD di Indonesia semakin meningkat. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang. Kasus tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (Depkes RI, 2004).
Keberadaan vektor dan binatang penggangu harus ditanggulangi, meskipun tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya. Kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya ke satu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Harapan tersebut dapat dicapai dengan adanya suatu manajemen pengendalian, dengan arti kegiatan-kegiatan atau proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan (Nurmaini, 2001).
1.2  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas pengendalian vektor yang di berikan oleh dosen pengampuh. Selain itu, tujuan penulisan ini untuk mengetahui vector-vektor pengganggu yang menyebabkan penyakit yaitu nyamuk, lalat, kecoa dan tomcat mulai dari siklus hidupnya, bionomic vector, penyakit yang di timbulkan dan cara pengendalian vektornya.
1.3  Manfaat
Dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang vector-vektor pengganggu manusia yang menyebabkan penyakit dan bagaimana cara pengendalian vector-vektor tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Vektor Nyamuk
1.      Siklus Hidup Nyamuk
Siklus hidup nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga-serangga yang lain mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda- beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat empat tingkatan, yaitu Stadium telur, Larva, Pupa, dan dewasa. Stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, sedangkan ketiga tingkatan yang hidup dan berkembang di dalam air.
a.       Nyamuk Aedes aegypti
1)      Telur
Telur Nyamuk aedes sering di temukan di tempat-tempat penampungan air yang jernih seperti bak kamar mandi, ban bekas, dan genangan-genangan air. Ciri telur nyamuk aedes yaitu lonjong, hitam. Telur nyamuk aedes diletakan 1/1 dan menempel di pinggir material. Telur nyamuk aedes akan menetas 1-2 hr dan bertahan hingga 6 bulan.
2)      Larva
Sering ditemukan ditempat penampungan air yang jernih (bak mandi, ban bekas, sampah plastik, dispenser, dll).  Posisi siphon larva aedes dipermukaan air. Sipon aedes lebih pendek dibanding Culex (1/4 panjang abdomen) Pada ujung abdomen/ pangkal siphon terdapat bulu comb satu baris dan berbentuk trisula.

3)      Pupa
Pupa aedes aegypti pada fase ini pupa tidak makan, dan usia pupa aedes 1-2 hari lalu menjadi nyamuk dewasa.
4)      Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
b.      Nyamuk Anopheles
1)      Telur
Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200 buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah (tidak bergabung menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu). Ciri telur Anopheles yaitu lonjong, cerah dan diletakkan sendiri-sendiri dan memiliki gelendong (rakit) sisi kiri dan kanan untuk terapung.


2)      Larva
Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dipermukaan .
3)      Pupa (kepompong)
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.
4)       Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.
c.       Nyamuk Culex

1)      Telur
Telur berwarna coklat, panjang dan silinder, vertical pada permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur. Panjangnya biasanya 3-4mm dan lebarnya 2-3mm. telur-telur Culex sp diletakkan secara berderet-deret rapi seperti kait tanpa pelampung yang berbentuk menyerupai peluru senapan. Ciri dari telur nyamuk culex yaitu lonjong dan lebih cerah. Telur nyamuk culex menetas 1-2 hari dan mampu bertahan 6 bulan.
2)      Larva
Pada larva nyamuk culex bernapas menggunakan Siphon. Siphon nyamuk culex panjang ( sekitar 1/3 panjang abdomen), Siphon (seperti) mengantung dipermukaan air. Perbedaan dengan Aedes, Culex memiliki bulu comb tiga baris.
3)      Pupa
Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa membutuhkan waktu 2-5 hari. Pupa tidak makan apapun. Sebagian kecil tubuh pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping, setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk Culex.
4)      Nyamuk Dewasa

Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih, kepala  berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva. Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, sedagkan pada nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang simetris dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik berwarna putih dan kuning atau putih dan coklat juga putih dan hitam. Ujung abdomen nyamuk culex selalu menumpul. 

2.      Bionomik Nyamuk

Bionomik adalah kesenangan nyamuk yang meliputi: tempat bertelur (breeding habit), kesenangan menggigit (feeding habit), kesenangan tempat istirahat (resting habit), dan jarak terbang.




a.       Nyamuk Aedes

1)      Perilaku Menghisap Darah
Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telurnya. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00 -10.00 dan 16.00 -17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.

2)      Tempat Perindukan
·         Dispenser
·         Ban bekas
·         Bak penampungan air
·         Sumur
·         Barang-barang bekas

b.      Nyamuk Anopheles

1)      Perilaku Menghisap Darah
·         Menghisap darah manusia (antrhofophilik) atau hewan (zoophilik), atau menghisap darah manusia dan hewan (antrhopozoophilik).
·         Menghisap darah di luar rumah (outdoor) atau di dalam rumah (indoor)
·         Lokasi (tata guna lahan) menghisap darah.

2)      Tempat Perindukan
·         Lagon
·         Muara sungai
·         Sawah
·         Saluran air
·         Genangan air sungai

3.      Pengendalian Vektor Nyamuk

·         Penyemprotan Rumah dengan Insektisida
untuk memutuskan penularan karena umur nyamuk menjadi lebih pendek sehingga tidak sempat menghasilkan sporozoit di dalam kelenjar ludahnya.
·         Penggunaan LLIN
Melindungi pemakai kelambu dari gigitan nyamuk&membunuh nyamuk yg hinggap dikelambu untuk mencegah terjadinya penularan
·         Penebaran ikan pemakan jentik
Untuk menurunkan kepadatan jentik vektor, sehingga kepadatan vektor dewasa dapat ditekan dan diperetahankan untuk jangka waktu lama

2.2  Vektor Lalat
a.      Lalat rumah ( Musca domestica)
Seperti semua lalat, memiliki dua sayap dan tubuh dibagi menjadi tiga bagian: kepala, dada dan perut.
1)      Ciri-ciri lalat rumah
·         Dada lebih abu-abu dengan garis-garis empat sama luas membujur gelap pada dorsum.
·         Perut memiliki sisi kekuningan pada bagian basal; bagian posterior berwarna hitam kecoklatan dan garis membujur gelap terbentang sepanjang bagian tengah dorsal.



2)      Siklus hidup lalat rumah

a)      Telur
Berwarna putih dengan ukuran Telur lalat lebih kurang 1 mm  panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120 – 130 telur dan menetas dalam waktu 8 – 16 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12  – 13 º C).

b)   Larva

Tingkat I: telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1  –  4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II. Tingkat II: ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah satu sampai  beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III.  Tingkat III: larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3 sampai 9 hari. Larva mencari tempat dengan temperatur yang disenangi, dengan berpindah-pindah tempat.

c)      Pupa
Jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini berlangsung 3 sampai 9 hari, setelah stadium ini selesai maka melalui celah lingkaran bagian anterior akan keluar lalat muda.

d)     Lalat Dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewassa kurang lebih dari 15 jam dan setelah itu siap mengadakan perkawinan. Umur lalat dewasa mencapai 2-4 minggu.



3)      Tempat Perkembangbiakan
·         Tumpukan sampah
·         Sisa makanan
·         Kandang ternak
·         Toilet cemp
·         Tumpukan jerami
·         Saluran air
·         Endapan kotoran
b.      Lalat hijau (Chrysomya megacephala)
Metamorfosis lalat hijau : telur, larva, pupa dan dewasa. Dewasa ukuran sedang hingga besar, berwarna hijau, abu-abu, perak mengkilat, abdomen berwarna gelap. Berkembangbiak di bahan yang cair, atau semi cair yang berasal dari hewan, daging, ikan, bangkai, sampah hewan, dan tanah yang mengandung kotoran hewan. Juga meletakkan telur di luka hewan dan manusia. Jumlah telur rata-rata 254 butir, menetas 9 – 10 jam. Lama stadium larva sekitar 4 hari.  Lalat dewasa dapat hidup sampai 105 hari. Biasanya hidup di sekeliling permukiman, pada populasi yang tinggi masuk ke dalam rumah di sekitar dapur
Jenis lalat hijau lain yang ada di Indonesia adalah Chrysomya bezziana, jarang di permukiman, banyak ditemukan di padang gembala.
Masalah kesehatan yang ditumbulkan :
·         Miasis
·         Lalat jenis ini dilaporkan membawa telur cacing Ascaris lumbricoides dan Tricuris trichiura.


c.       Lalat daging (Sarcophaga sp)
Ciri-ciri lalat daging :
·         Berwarna abu-abu, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm panjangnya.
·         Mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur.
·         Bersifat viviparus dan mengeluarkan larva hidup pada tempat perkembangbiakannya sperti daging, bangkai, kotoran dan sayur-sayuran yang sedang membusuk.
 Pada umumnya lalat daging dapat ditemukan di pasar dan warung terbuka, pada daging, sampah dan kotoran, jarang memasuki rumah.
Masalah kesehatan yang ditumbulkan :
·         Lalat jenis ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbricoides (cacing gilig) dan Tricuris trichiura (cacing cambuk).
d.      Lalat kandang (Stomoxys calcitrans)
Ciri lalat kandang yaitu bentuknya menyerupai lalat rumah, tetapi berbeda pada struktur mulutnya (probosis) meruncing berfungsi menusuk dan menghisap darah. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-dewasa), dengan siklus hidup berkisar 3-5 minggu Lalat betina harus mendapatkan darah untuk produksi telurnya, telur diletakkan pada manur atau kotoran hewan, sampah sayuran, potongan rumput, telur menetas dalam beberapa hari. Fase larva, tahap makan, berlansung 1-3 minggu, pupa 1 minggu.
Lalat kandang sering dijumpai di sekitar kandang pada peternakan sapi perah atau sapi yang selalu dikandangkan, kadang menyerang manusia menggigit pada daerah kaki atau bagian bawah.
Lalat kandang dapat menyebabkan produksi susu dan daging menurun.
2.3  Vektor Kecoa/Lipas
Ø  Ciri-ciri kecoa/lipas :
·         Tubuhnya oval, gepeng.
·         Mulut mempunyai gigi geraham yang kuat, untuk menggigit, mengunyah dan menjilat.
·         Terdapat 2 ps sayap, lebar dan kokoh, (ditutupi) tegmina yang mengeras.
·         Warna coklat muda – gelap
·         Ukuran panjang 1-5 cm
·         Antena yang panjang, jarang terbang, berjalan sangat cepat.
Betina meletakkan telurnya di dalam kantung disebut ooteka, berisikan 16-50 butir telur. Ooteka seperti dompet, berwarna coklat kehitaman, diletakkan pada sudut-sudut perabot yang gelap dan lembab, ada yang dibawa kemana-mana. Telur menetas 42-81 hari, menjadi nimfa melalui perkembangan 5-13 instar sebelum menjadi lipas dewasa. Lipas dewasa berumur beberapa bulan sampai 2 tahun, seekor betina dapat menghasilkan 4-90 ooteka. Satu ooteka bisa mencapai 50 telur.
Ø  Habitat Lipas/Kecoa :
Lipas berkembang baik pada lingkungan yang terlindung dan banyak bahan makanan, misal dapur. Lipas biasanya pindah (dalam bentuk telur atau dewasa) melalui kardus, tas/koper, furnitur, bus, kereta api, kapal laut dan pesawat.
Ø  Perilaku Lipas/Kecoa :
·         Omnivor, pemakan segala.
·         Nokturnal, aktif mencari makan malam hari, apabila terlihat siang hari menandakan populasi yang sangat tinggi.
·         Thigmotactic, istirahat dicelah-celah dinding dan plafon.
·         Gregarious, istirahat dalam kelompok yang besar, bersama-sama di celah-celah yang sempit, gelap dan lembab.
·         Grooming, membersihkan diri dg menjilat tubuhnya.
Jenis-jenis kecoa yang ada di Indonesia :
1)      Periplaneta americana
·         Jenis paling besar
·         Abdomen merah kecoklatan
·         Pronotum kuning keruh, tengahnya terdapat sepasang bercak coklat
·         Belakang abdomen terdapat sepasang serkus panjang tipis dan runcing seperti cemeti
·         Banyak terdapat di restoran, rumah sakit dan supermarket atau tempat penyimpanan makanan, pada populasi tinggi berkeliaran di dapur dan kamar mandi
·         Lebih menyukai hidup di bagian dasar rumah yang lembab dan gelap.
2)      Periplaneta brunnea
·         Ukuran dan warna hampir sama Periplaneta americana
·         Warna kuning pronotum kurang jelas
·         Warna abdomen lebih coklat
·         Serkus kokoh, lebih tebal, ujung tidak meruncing dan tidak panjang
·         Banyak ditemukan di saluran pembuangan
·         Normalnya makananya adalah bahan tanaman, di kadang dan memasuki rumah.
3)      Blatella germanica
·         Lipas kecil
·         Abdomen coklat muda agak kekuningan
·         Betina warna lebih tua dari jantan
·         Pronotum coklat, dari atas tampak dua garis hitam memanjang.
·         Dua garis memanjang juga tampak pada nimfa.
·         Nimfa coklat tua, sangat aktif
·         Ooteka di bagian bawah abdomen selalu dibawah kemana-mana
·         Sering dijumpai di kapal, kereta, pesawat, hotel, restoran, rumah sakit, supermarket, dan gudang makanan
4)      Blatta orientalis
·         Lipas medium
·         Coklat gelap hingga gelap
·         Betina sayap mereduksi (wings pad)
·         Jantan sayap hampir menutupi seluruh tubuh, abdomen tampak sedikit
·         Menyukai kondisi lebih dingin
5)      Supella longipalpa
·         Mirip Blatella germanica, tetapi punya dua pita melintang, satu pada dasar sayap, dan kedua pada 1/3 tubuh dari belakang
·         Betina tegmina tidak mencapai ujung abdomen
·         Jantan tegmina lebih panjang dan lebih langsing
2.4  Tomcat
Tomcat adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan serangga golongan kumbang yang menyerupai semut, dengan nama Paederus spp.
Ø  Morfologi Paederus spp
·         Paederus memiliki beberapa jenis, saat ini yang menimbulkan serangan di beberapa wilayah di Indonesia adalah jenis Paederus littorarius.
·         Morfologi dewasa Paederus spp. mempunyai panjang 7-10 mm dan lebar 0,5-1 mm.

Ø  Siklus Hidup Paederus
·         Serangga Paederus berkembang melalui empat fase, yaitu telur (4 hr), larva (9 hr), pupa (5 hr) dan dewasa (hidup hingga 3 bln).
·         Seekor betina dapat menghasilkan 100 telur, yang diletakan di tempat lembab dan basah.
·         Larva hidup di tanah, sampah serasah dan kotoran.
·         Dewasa membuat lubang di dalam tanah atau hidup di bawah batu.
Ø  Habitat Paederus
·         Paederus mempunyai habitat di area yang lembab dan basah, seperti di tepi pantai, sungai, rawa-rawa, kolam, sawah, saluran irigasi dan bebatuan.
Ø  Perilaku Paederus
·         Pederus meningkat populasinya setelah musim penghujan dan menjelang musim panas.
·         Paederus adalah predator bagi serangga kecil lainnya.
·         Paederus menghisap cairan tubuh mangsanya dan meninggalkan cangkang korbanya.
·         Bersifat nocturnal (keluar malam hari) dan menyukai cahaya.
·         Paederus menghisap cairan serangga sasaran hingga tinggal kulitnya
·         Paederus tidak menggigit atau menyengat, tetapi mengeluarkan cairan tubuh yang beracun yang dinamakan paederin.
·         Paederus ke permukiman mencari makanan, karena rusaknya habitat yang menyebabkan persediaan makanan (serangga lainnya) berkurang.



Ø  Pengendalian Paederus
·         Eliminasi habitat Paederus di sekitar permukiman, dengan cara menimbun tempat-tempat berair, sehingga tidak memungkinkan Paederus dan larvanya tetap hidup.
·         Jika muncul serangan Paederus ke permukiman, pada malam hari tutup pintu dan jendela, matikan lampu dan gunakan kawat kasa, serta masukan sofa, baju, handuk, sprei yang ada di luar rumah.
·         Tidur menggunakan kelambu.
·         Apabila terdapat Paederus jangan dihancurkan dengan anggota tubuh (ditepuk) karena cairan akan keluar saat ditepuk. Untuk membunuh serangga ini gunakan insektisida piretroid, bangkai serangga disapu dan dikumpulkan ke dalam kantong plastik.
·         Segera cuci peralatan dan pakaian apabila dicurigai kontak dengan Paederus.
·         Segera bersihkan (pel) lantai apabila ditemukan Paederus.
·         Gunakan perangkap cahaya yang dilengkapi dengan Ultraviolet, ditempatkan di luar rumah atau di area habitat Paederus.








BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya. Salah satu vector yang menyebabkan penyakit yaitu Nyamuk. Ada berbagai macam nyamuk sebagai vector yang menyebabkan penyakit yaitu Nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue, dan Nyamuk Anopheles menyebabkan penyakit malaria.
Pengendalian vector nyamuk dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan penebaran ikan pemakan jentik, penggunaan LLIN, dan penyemprotan rumah dengan insektisida.
       vektor lalat terdiri dari lalat rumah, lalat daging, lalat penghisap darah, dan lalat hijau.
       Vektor Kecoa yang ada di indonesia yaitu Periplaneta americana, Periplaneta australasiae, Periplaneta brunnea, Blatella germanica, Blatta orientalis, Supella longipalpa
       Tomcat adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan serangga golongan kumbang yang menyerupai semut, dengan nama Paederus spp.
       Pengendalian tomket dapat dilakukan dengan cara Eliminasi habitat Paederus, tutup pintu dan jendela, dan dengan insektisida.
3.2    Saran
Di harapkan agar mahasiswa dapat melakukan pencegahan dan pengendalian vector setelah mengenal vector-vektor tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Materi Kuliah pengendalian vektor. Bioekologi Dan Morfologi Vektor Dan Serangga Pengganggu oleh Anto D. Flassy, ST.SKM.MKes.
Anonim, 2012. Pengendalian vector-vektor pengganggu. http://www.wikipedia.com. Di akses pada tanggal 2 November 2014
Anonim, 2013. Pengendalian vector nyamuk. http://www.blogspot.com. Di akses pada tanggal 2 November 2014













Tidak ada komentar:

Posting Komentar