BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan
investasi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi booming. Permintaan atas
minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan
permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm Oil (CPO). Hal
ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak
sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai
yang hanya 3 ton / hektar. Indonesia memiliki potensi
pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan
lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Luas perkebunan kelapa
sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta hektar (Ditjen Perkebunan,
2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari sekitar 60% diusahakan oleh
perkebunan besar dan sisanya sekitar 40% diusahakan oleh perkebunan rakyat
(Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi akan meningkat
menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat pengembangan kelapa
sawit tidak hanya dikembangkan di wilayah Indonesia
bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan upaya
pengelolaan limbah indsutri kelapa sawit yang baik, sehingga dapat terwujud
industri kelapa sawit yang bersih dan berkelanjutan.
C. manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
Air buangan / air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya. Dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
Air limbah atau limbah cair
industri adalah limbah yang dihasilkan pada setiap tahap, proses produksi
yang berupa air
sisa, air bekas
proses produksi, atau
air bekas , pencucian peralatan
industri.
Ø
Jenis – Jenis Air Limbah
Air limbah ini berasal dari
berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan
kamar mandi dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2.
Air buangan industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat
proses industri. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai
dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain
nitrogen, sulfide, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam
berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada pengolahan jenis
air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3.
Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang
berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat ibadah, dll. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air
limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
Ø
Karakteristik Air Limbah
Karateristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah ini digolongkan sebagai berikut:
1.
Karakteristik Fisik
Sebagian
besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan
suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti
larutan sabun dan sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas,
berwarna bekas cucian beras dan sayur,
bagian-bagian tinja, dan sebagainya.
2.
Karakteristik Kimiawi
Biasanya
air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari
air bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari penguraian tinja,
urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basa pada
waktu masih ba.ru dan cenderung ke asam apabila sudah mulai membusuk.
3.
Karakteristik Bakteriologis
Kandungan
bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah
tergantung dari mana sumbernya. Namun, keduanya tidak berperan dalam pengolahan
air buangan
Ø
Bahan Pembuatan Air Limbah Menjadi Air Bersih
1.
Bahan pembuatan air limbah menjadi air bersih dalam skala kecil (proses
sederhana), yaitu :
a. Air
Kotor
b. Bak
/ Kolam dengan kedalaman 1 meter untuk bak penampung
c. Tawas
30 – 100 mg/liter air
d. Kapur
15 – 50 mg/liter air
e. Kaporit
5 – 20 mg/liter air
f. Kerikil
bersih
g. Arang
kayu / arang tempurung kelapa
h. Ijuk
i.
Kain katun
j.
Kapas
k. Oksigen
l.
Elemen filter keramik campuran perak
m. Batu cadas
n. Kendi
2. Bahan pembuatan air limbah menjadi
air bersih dalam skala besar (proses yang lebih kompleks), yaitu :
a. Air
kotor / air sungai
b. IPA
(Instalasi Pengolahan Air)
c. Pipa
– pipa besar dan panjang
d. Media
butiran : antrasit, pasir silica, dan kerikil silica
e. Senyawa
kimia : chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dll.
Ø
Manfaat Dari Pengolahan Air Limbah
Pengelolahan limbah cair memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia
sehari-hari, diantaranya:
a.
Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Perairan ( Pantai, Sungai, dan Air
Tanah).
b.
Meningkatkan Citra Pariwisata Bali di dunia Internasional.
c.
Mempermudah pemantauan kualitas lingkungan.
d.
Sarana pendidikan, penelitian, dan pariwisata.
e.
Untuk rumah / perumahan baru tidak perlu membangun septic tank baru.
f.
Tidak khawatir adanya rembesan saptic tank pada sumur tetangga.
g.
Terhindar dari sumber penyakit disentri dan muntaber.
h.
Saluran air hujan / drainase dan lingkungan sekitar menjadi lebih bersih
karena semua air limbah disalurkan melalui saluran tertutup.
i.
Prasarana terpusat (system perpipaan) memberikan pelayanan lebih nyaman.
Adapun
hasil olahan limbah secara teknis dan ekonomi dapat dimanfaatkan untuk :
a.
Bahan baku air bersih
b.
Bahan baku air pendingin cooling tower PLN
c.
Air untuk penyiraman toilet ( Toilet Flushing Water)
d.
Air untuk penyiraman dan irigasi ( watering and irrigation)
e.
Air untuk pemadam kebakaran ( fire protection)
f.
Air cuci ( washing water), misalnya mencuci mobil, dll.
g.
Air untuk penggelontoran
h.
Air untuk perikanan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsep
Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah adalah kotoran atau buangan yang
merupakan komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang
tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat (Agustina, dkk, 2009). Dalam
pengelolaan industri kelapa sawit juga dihasilkan limbah baik yang dihasilkan
oleh perkebunan kelapa sawit maupun yang dihasilkan oleh industri pengolahan
kelapa sawit. Untuk menghindari masalah lingkungan yang diakibatkan oleh limbah
industri kelapa sawit, maka diperlukan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Hal
ini didukung oleh sikap untuk menciptakan produk yang harus berorientasi
lingkungan dan harus dibuat dengan proses yang ramah lingkungan (green
consumerism) dan menempatkan lingkungan sebagai non tariff barrier.
Oleh karena itu pendekatan yang banyak diterapkan adalah konsep produk bersih (cleaner
production). Konsep ini dilakukan dengan strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus pada
setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses
produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya
alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya
limbah pada sumbernya, sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan
dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. Kata kunci yang diperlukan
dalam pengelolaan adalah menimalkan limbah, analisis daur hidup, teknologi
ramah lingkungan.
Pola pendekatan untuk
meciptakan produk bersih adalah pencegahan dan meminimalisasi limbah yang menggunakan
hirarki pengelolaan melalui 1E 4R
yaitu Elimination (pencegahan), Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan
kembali), Recycle (daur ulang), Recovery/Reclaim (pungut ulang) (Panca
Wardhanu, 2009).
B. Pengelolaan
Limbah Cair Limbah Industri Kelapa Sawit
Industri kelapa sawit merupakan industri
yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Limbah yang dihasilkan dari industri
pengolahan kelapa sawit dapat berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair
yang dihasilkan berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) air buangan
kondensat (8-12 %) an air hasil pengolahan (13-23 %). Menurut Djajadiningrat
dan Femiola (2004) dari 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dapat
dihasilkan 600-700 kg limbah cair. Bahkan saat ini limbah cair hasil pengolahan
kelapa sawit di Indonesia
mencapai 28,7 juta ton limbah / tahun. Ketersediaan limbah itu meupakan potensi
yang sangat besar jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Namun sebaliknya
akan menimbulkan bencana bagi lingkungan dan manusia jika pengelolaannya tidak
dilakukan dengan baik dan profesional.
Limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan
biogas dengan melakukan rekayasa. Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus
yang disebut bioreaktor. Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga
kondisinya optimum untuk meproduksi biogas. Selain itu juga dapat ditambahkan
mikroba untuk mempercepat pembentukan gas metan untuk menghasilkan biogas.
Proses tersebut dapat menghasilkan potensi yang sangat besar. Dari 28,7 juta
ton limbah cair kelapa sawit dapat dihasilkan 90 juta m3 biogas yang
setara dengan 187,5 milyar ton gas elpiji (Anonim, 2009).
Selain itu limbah cair
dapat juga dimanfaatkan untuk pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta
pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah
memenuhi standar baku
mutu lingkungan.
C. Pengelolaan
Limbah Padat Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah padat yang dihasilkan oleh industri
pengolahan kelapa sawit terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %),
serat (10-12 %), dan tempurung / cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996). Tandan kosong kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi dan
dimanfaatkan kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri. Penggunaan pupuk
tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kalium hingga 20 %.
1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 600-650 kg kompos.
Selain itu tandan kosong kelapa sawit
mengandung 45 % selulose dan 26 % hemiselulose. Tingginya kadar selulose pada
polisakarida tersebut dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana dan selanjutnya
difermentasi menjadi bioetanol. Bioetanol ini dapat digunakan sebagai bahan
bakar yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui dengan cepat (renewable).
1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 120 liter bioetanol (Anonim, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pulp untuk pembuatan kertas. Selain itu
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sehingga
dapat menambah pendapatan dan mengurangi limbah padat.
Cangkang dan serat kelapa sawit dapat
dipergunakan sebagai sumber energi potensial. Cangkang dan serat kelapa sawit
biasanya dibakar untuk menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan oleh
pembakaran cangkang dan serat telah mencukupi kebutuhan energi pengolahan
pabrik kelapa sawit. Namun seiring dengan pelarangan pembakaran cangkang dan
serat, maka serat dan cangkang dimanfaatkan untuk keperluan lain. Cangkang saat
ini telah dimanfaatkan untuk pembuatan berikat arang aktif dan bahan campuran
pembuatan keramik. Sedangkan serat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.
Sementara itu limbah yang dihasilkan oleh
perkebunan kelapa sawit berupa pelepah kelapa sawit dan batang kelapa sawit
telah dimanfaatkan sebagai bahan pulp untuk pembuatan kertas dan perabot.
Sedangkan daun dan pelepah kelapa sawit digunakan untuk pakan ternak
ruminansia.
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Perkembangan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia
mengalami mengingkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya
permintaan atas Crude Palm Oil (CPO) sebagai sumber minyak nabati dan
penyediaan untuk biofuel. Namun industri pengolahan kelapa sawit merupakan
industri yang yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Jika tidak dilakukan
pengolahan secara baik dan
profesional, maka limbah industri merupakan sebuah potensi bencana bagi manusia
maupun lingkungan. Konsep pengelolaan limbah sawit dilakukan dengan strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara
terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait
dengan proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian
sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi
terbentuknya limbah pada sumbernya. Limbah indsutri kelapa sawit terdiri dari
limbah cair, padat, dan gas. Limbah cair dimanfaatkan untuk produksi biogas,
pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya
dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan. Sementara limbah padat
dapat dimanfaatkan untuk produksi kompos, bahan pulp untuk pembuatan kertas,
pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sumber energi, pembuatan berikat
arang aktif, bahan campuran pembuatan keramik, serta pakan ternak ruminansia.
B. Saran
Berdasarkan hasil
pembahasan, maka dapat
dikemukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Dalam pengelolaan industri kelapa sawit agar terwujud
produk bersih perlu menerapkan prinsip 1E 4R (Elimination, Reduce, Reuse,
Recycle, dan Recovery).
2. Diperlukan penelitian-penelitian lanjutan teknologi
pengelolaan limbah industri kelapa sawit, sehingga limbah yang dihasilkan
secara maksimal dapat dimanfaatkan (zero waste).
3. Diperlukan penyusunan kebijakan pengelolaan industri
kelapa sawit yang ramah lingkungan dan lestari.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina,
Siti, dkk. 2009. Penggunaan Teknologi Membran pada Pengelolaan Air Limbah
Industri Kelapa Sawit. http://uwityangyono.wordpress.com/2009/10/ 10/117/#more-117. Diakses tanggal 7 Mei
2010.
Anonim. 2009. Sulap Sampah/Limbah
Sawit Jadi Bensin. http://www.trubus-online.co.id.
Diakses tanggal 7 Mei 2010.
Hariyadi.
2009. Dampak Ekologi Pengembangan Kelapa Sawit untuk Bioenergi. http://energi.infogue.com/dampak_ekologi_pengembangan_kelapa_sawit_untuk_bioenergi.
Diakses tanggal 7 Mei 2010.
Naibaho,
Ponten M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Panca
Wardhanu, Adha. 2009. Cleaner Production : Mewujudkan industri Kelapa Sawit
Kalimantan Barat yang Berwawasan Lingkungan dan Berdaya Saing Tinggi di Pasar
Global. http://uwityangyono.wordpress.com/2009/10/ 10/117/#more-117. Diakses tanggal 7 Mei
2010.
Soetrisno,
Noer. 2008. Peranan Industri Sawit dalam Pengembangan Ekonomi Regional:
Menuju Pertumbuhan Partisipatif Berkelanjutan. Medan: Universitas
Sumatera.
Djajadiningrat,
Surna T dan Famiola, Melia. 2004. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung; Penerbit
Rekayasa Sains.