Minggu, 19 Oktober 2014

pembuangan air limbah



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi booming. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton / hektar. Indonesia memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta hektar (Ditjen Perkebunan, 2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari sekitar 60% diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40% diusahakan oleh perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan di wilayah Indonesia bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur.

B.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan upaya pengelolaan limbah indsutri kelapa sawit yang baik, sehingga dapat terwujud industri kelapa sawit yang bersih dan berkelanjutan.
C. manfaat


BAB II
TINJAUAN TEORI
Air buangan / air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya. Dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
Air limbah atau limbah cair industri adalah limbah yang dihasilkan pada setiap tahap, proses  produksi  yang  berupa  air  sisa,  air  bekas  proses  produksi,  atau  air  bekas , pencucian peralatan industri.

Ø  Jenis – Jenis Air Limbah
 Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.      Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2.   Air buangan industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses industri. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain nitrogen, sulfide, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3.   Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah, dll. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
Ø  Karakteristik Air Limbah
Karateristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan sebagai berikut:
1.      Karakteristik Fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun dan sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan  sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.
2.      Karakteristik Kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basa pada waktu masih ba.ru dan cenderung ke asam apabila sudah mulai membusuk.
3.      Karakteristik Bakteriologis
Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya. Namun, keduanya tidak berperan dalam pengolahan air buangan

Ø  Bahan Pembuatan Air Limbah Menjadi Air Bersih

1.      Bahan pembuatan air limbah menjadi air bersih dalam skala kecil (proses sederhana), yaitu :
a.       Air Kotor
b.      Bak / Kolam dengan kedalaman 1 meter untuk bak penampung
c.       Tawas 30 – 100 mg/liter air
d.      Kapur 15 – 50 mg/liter air
e.       Kaporit 5 – 20 mg/liter air
f.       Kerikil bersih
g.      Arang kayu / arang tempurung kelapa
h.      Ijuk
i.        Kain katun
j.        Kapas
k.      Oksigen
l.        Elemen filter keramik campuran perak
m.    Batu cadas
n.      Kendi

2.      Bahan pembuatan air limbah menjadi air bersih dalam skala besar (proses yang lebih kompleks), yaitu :
a.       Air kotor / air sungai
b.      IPA (Instalasi Pengolahan Air)
c.       Pipa – pipa besar dan panjang
d.      Media butiran : antrasit, pasir silica, dan kerikil silica
e.       Senyawa kimia : chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dll.

Ø  Manfaat Dari Pengolahan Air Limbah
Pengelolahan limbah cair memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari, diantaranya:
a.       Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Perairan ( Pantai, Sungai, dan Air Tanah).
b.      Meningkatkan Citra Pariwisata Bali di dunia Internasional.
c.       Mempermudah pemantauan kualitas lingkungan.
d.      Sarana pendidikan, penelitian, dan pariwisata.
e.       Untuk rumah / perumahan baru tidak perlu membangun septic tank baru.
f.       Tidak khawatir adanya rembesan saptic tank pada sumur tetangga.
g.      Terhindar dari sumber penyakit disentri dan muntaber.
h.      Saluran air hujan / drainase dan lingkungan sekitar menjadi lebih bersih karena semua air limbah disalurkan melalui saluran tertutup.
i.        Prasarana terpusat (system perpipaan) memberikan pelayanan lebih nyaman.

Adapun hasil olahan limbah secara teknis dan ekonomi dapat dimanfaatkan untuk :
a.       Bahan baku air bersih
b.      Bahan baku air pendingin cooling tower PLN
c.       Air untuk penyiraman toilet ( Toilet Flushing Water)
d.      Air untuk penyiraman dan irigasi ( watering and irrigation)
e.       Air untuk pemadam kebakaran ( fire protection)
f.       Air cuci ( washing water), misalnya mencuci mobil, dll.
g.      Air untuk penggelontoran
h.      Air untuk perikanan


















BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsep Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat (Agustina, dkk, 2009). Dalam pengelolaan industri kelapa sawit juga dihasilkan limbah baik yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit maupun yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit. Untuk menghindari masalah lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri kelapa sawit, maka diperlukan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini didukung oleh sikap untuk menciptakan produk yang harus berorientasi lingkungan dan harus dibuat dengan proses yang ramah lingkungan (green consumerism) dan menempatkan lingkungan sebagai non tariff barrier. Oleh karena itu pendekatan yang banyak diterapkan adalah konsep produk bersih (cleaner production). Konsep ini dilakukan dengan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. Kata kunci yang diperlukan dalam pengelolaan adalah menimalkan limbah, analisis daur hidup, teknologi ramah lingkungan.
Pola pendekatan untuk meciptakan produk bersih adalah pencegahan dan meminimalisasi limbah yang menggunakan hirarki pengelolaan melalui 1E 4R yaitu Elimination (pencegahan), Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali), Recycle (daur ulang), Recovery/Reclaim (pungut ulang) (Panca Wardhanu, 2009).


B. Pengelolaan Limbah Cair Limbah Industri Kelapa Sawit
Industri kelapa sawit merupakan industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit dapat berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) air buangan kondensat (8-12 %) an air hasil pengolahan (13-23 %). Menurut Djajadiningrat dan Femiola (2004) dari 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dapat dihasilkan 600-700 kg limbah cair. Bahkan saat ini limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 28,7 juta ton limbah / tahun. Ketersediaan limbah itu meupakan potensi yang sangat besar jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Namun sebaliknya akan menimbulkan bencana bagi lingkungan dan manusia jika pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik dan profesional.
Limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas dengan melakukan rekayasa. Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus yang disebut bioreaktor. Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya optimum untuk meproduksi biogas. Selain itu juga dapat ditambahkan mikroba untuk mempercepat pembentukan gas metan untuk menghasilkan biogas. Proses tersebut dapat menghasilkan potensi yang sangat besar. Dari 28,7 juta ton limbah cair kelapa sawit dapat dihasilkan 90 juta m3 biogas yang setara dengan 187,5 milyar ton gas elpiji (Anonim, 2009).
Selain itu limbah cair dapat juga dimanfaatkan untuk pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan.
C. Pengelolaan Limbah Padat Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan tempurung / cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996). Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi dan dimanfaatkan kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri. Penggunaan pupuk tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kalium hingga 20 %. 1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 600-650 kg kompos.
Selain itu tandan kosong kelapa sawit mengandung 45 % selulose dan 26 % hemiselulose. Tingginya kadar selulose pada polisakarida tersebut dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasi menjadi bioetanol. Bioetanol ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui dengan cepat (renewable). 1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 120 liter bioetanol (Anonim, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pulp untuk pembuatan kertas. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sehingga dapat menambah pendapatan dan mengurangi limbah padat.
Cangkang dan serat kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai sumber energi potensial. Cangkang dan serat kelapa sawit biasanya dibakar untuk menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan oleh pembakaran cangkang dan serat telah mencukupi kebutuhan energi pengolahan pabrik kelapa sawit. Namun seiring dengan pelarangan pembakaran cangkang dan serat, maka serat dan cangkang dimanfaatkan untuk keperluan lain. Cangkang saat ini telah dimanfaatkan untuk pembuatan berikat arang aktif dan bahan campuran pembuatan keramik. Sedangkan serat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.
Sementara itu limbah yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit berupa pelepah kelapa sawit dan batang kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai bahan pulp untuk pembuatan kertas dan perabot. Sedangkan daun dan pelepah kelapa sawit digunakan untuk pakan ternak ruminansia.



BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami mengingkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil (CPO) sebagai sumber minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel. Namun industri pengolahan kelapa sawit merupakan industri yang yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Jika tidak dilakukan pengolahan secara baik dan profesional, maka limbah industri merupakan sebuah potensi bencana bagi manusia maupun lingkungan. Konsep pengelolaan limbah sawit dilakukan dengan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya. Limbah indsutri kelapa sawit terdiri dari limbah cair, padat, dan gas. Limbah cair dimanfaatkan untuk produksi biogas, pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan. Sementara limbah padat dapat dimanfaatkan untuk produksi kompos, bahan pulp untuk pembuatan kertas, pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sumber energi, pembuatan berikat arang aktif, bahan campuran pembuatan keramik, serta pakan ternak ruminansia.





B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat dikemukan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam pengelolaan industri kelapa sawit agar terwujud produk bersih perlu menerapkan prinsip 1E 4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery).
2. Diperlukan penelitian-penelitian lanjutan teknologi pengelolaan limbah industri kelapa sawit, sehingga limbah yang dihasilkan secara maksimal dapat dimanfaatkan (zero waste).
3. Diperlukan penyusunan kebijakan pengelolaan industri kelapa sawit yang ramah lingkungan dan lestari.





















DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Siti, dkk. 2009. Penggunaan Teknologi Membran pada Pengelolaan Air Limbah Industri Kelapa Sawit. http://uwityangyono.wordpress.com/2009/10/ 10/117/#more-117. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
Anonim. 2009. Sulap Sampah/Limbah Sawit Jadi Bensin. http://www.trubus-online.co.id. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
Hariyadi. 2009. Dampak Ekologi Pengembangan Kelapa Sawit untuk Bioenergi. http://energi.infogue.com/dampak_ekologi_pengembangan_kelapa_sawit_untuk_bioenergi. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
Naibaho, Ponten M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Panca Wardhanu, Adha. 2009. Cleaner Production : Mewujudkan industri Kelapa Sawit Kalimantan Barat yang Berwawasan Lingkungan dan Berdaya Saing Tinggi di Pasar Global. http://uwityangyono.wordpress.com/2009/10/ 10/117/#more-117. Diakses tanggal 7 Mei 2010.
Soetrisno, Noer. 2008. Peranan Industri Sawit dalam Pengembangan Ekonomi Regional: Menuju Pertumbuhan Partisipatif Berkelanjutan. Medan: Universitas Sumatera.
Djajadiningrat, Surna T dan Famiola, Melia. 2004. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung; Penerbit Rekayasa Sains.

pewarnaan



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
‘’ Mengamati Morfologi Mikroorganisme, Pewarnaan Sederhana dan Pewarnaan Gram ‘’










Di Susun oleh:
NAMA     :           REZKY KURNIAWAN
KELAS     :           D
NIM        :           0120740127
ASISTEN  :           kak’ Djufry       



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2012




BAB I
Pendahuluan
1.1           Latar belakang

Morfologi sel mikroba dapat diamati dengan dua cara yaitu pengamatan sel hidup yang tidak diwarnai dan pengamatan sel mati yang diwarnai. Sel yang hidup tidak berwarna sehingga sulit diamati. Mikroba dapat diwarnai tanpa mewarnai lingkungan sekitarnya.Pengecatan adalah suatu cara untuk membuat jasad renik lebih mudah diamati di bawah mikroskop sehingga dapat membantu dalam identifikasi dan klasifikasi bakteri. Sejumlah besar koloni mikroba menarik perhatian oleh warnanya yang mencolok, disebabkan karena terjadi ekskresi zat warna ke dalam medium atau fermentasi sel. Kemampuan untuk membentuk zat warna terfikasi secara genetik dan demikian merupakan suatu penanda khusus (schlegel,1992).

                        Uji pewarnaan bakteri yang menggunakan pewarnaan gram yang dilakukan dengan menggunakan specimen yang didapat dari rektal, feses, atau muntahan yang dikeluarkan oleh hewan atau ternak yang terserang infeksi dari suatu bakteri. Pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri (Kurnia, 2010).
Deskripsi bakteri, khamir dan fungi berisi karakter morfologinya. Seperti apakah mereka berbentuk cembung, kokus atau spiral. Apakah berbentuk kapsul. Apakah ditemukan menyendiri atau dalam kumpulan (rangkaian, paket). Apakah mereka berflagella dan letak dari Flagella tersebut. Apakah mereka memproduksi spora dan apa reaksi mereka untuk pewarnaanGram(Schlegel,1992).

                  Dari berbagai proses pewarnaan, bakteri dapat dibagi menjadi dua katagori utama yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang tahan terhadap alkohol sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan tidak mengikat zat kontras sehingga bakteri akan berwarna ungu. Sedangkan bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak tahan terhadap alkohol sehingga warna cat pertama dilunturkan dan bakteri mengikat warna kontras sehingga tampak merah (Sujudi, 1993).

                      
Morfologi dari bakteri dan khamir ini merupakan suatu bentuk praktikum yang mengajukan praktikan untuk belajar menganalisa kelompok mikroba dengan perbandingan literaturnya. Percobaan ini dilatarbelakangi oleh praktik untuk melihat morfologi secara langsung pada biakan murni bakteri dan khamir yang sudah dikultivasi.
1.2           Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
Ø  Agar mahasiswa dapat menentukan bakteri gram positif dan gram negatif.
Ø  Agar mahasiswa dapat melihat dinding sel pada bakteri
Ø  Agar Mahasiswa dapat mengenali bentuk dan morfologi sel dan koloni mikroorganisme.
1.3    Manfaat
1.      Kita dapat menentukan bakteri gram positif dan negatif
2.      Kita  dapat melihat dan mengetahui dinding sel pada bakteri
3.      Kita dapat mengenali bentuk dan morfologi sel dan koloni mikroorganisme.


















BAB II
Teori dasar
Deskripsi bakteri, khamir dan fungi berisi karakter morfologinya. Seperti apakah mereka berbentuk cembung, kokus atau spiral. Apakah berbentuk kapsul. Apakah ditemukan menyendiri atau dalam kumpulan (rangkaian, paket). Apakah mereka berflagella dan letak dari Flagella tersebut. Apakah mereka memproduksi spora dan apa reaksi mereka untuk pewarnaan gram (schlegel,1992).

          Christian Gram, seorang ahli bakteri Denmark pada tahun 1884 secara kebetulan menemukan prosedur pewarnaan Gram. Pewarnaan ini mungkin merupakan salah satu prosedur yang amat penting dan paling banyak digunakan dalam klasifikasi mikroba. Dengan metode ini, mikroba dapat dibedakan secara umum menjadi dua kelompok besar yaitu: (a) organisme yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu kristal iodium sampai pada akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau ungu) disebut Gram positif, (b) organisme yang kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol, namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan safranin sehingga sel tampak merah muda disebut Gram negatif (Hadioetomo, 1985).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna yang berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak dalam muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COOH-, COOHCOO-. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi,pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Anonim,2011).
Kuman-kuman diklasifikasikan sebagai gram positif atau negatif berdasarkan responnya terhadap pewarnaan gram. Prosedur pewarnaan ini, dinamakan menurut penemunya, dikembangkan dalam suatu usaha untuk mewarnai kuman secara selektif dalam jaringan-jaringan yang terkena infeksi. Sel-sel mula-mula diwarnai dengan kristal ungu dan iodium dan kemudian dicuci dengan aseton atau alkohol. Langkah terakhir akan menghilangkan warna kuman-kuman gram negatif tetapi tidak dari kuman-kuman gram positif (Jawetz, 1995).
Morfologi kuman dapat dibagi dalam tiga bentuk utama, yaitu : kokus, batang dan spiral. Kokus yaitu kuman berbentuk bulat dapat tersusun sebagai berikut : mikrokokus (single), diplokokud (berpasangan dua-dua), pneumokokus, tetrade, streptokokus dan stafilokokus. Bacillus yaitu kumpulan berbentuk batang dengan panjang bervariasi dari 2-10 kali diameter kuman tersebut : kokobasilus (batang sangat pendek menyerupai kokus), fusiformis, streptobasilus (bergandengan membentuk suatu filamen). Spiral : vibrio, spirilium dan spirokhaeta (Puspita,H E.2008).
Bentuk dan struktur bakteri dapat diamati dengan dua cara:
1.Mengamati pergerakan sel-sel hidupnya, tanpa pewarnaan.
2. Mengamati sel-sel mati dengan pewarnaan.
Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dibedakan atas:
1. Bentuk bola atau cocci (tunggal = coccus)
2. Bentuk batang atau bacillis (tunggal = bacillus)
3. Bentuk spiral atau sprilli (tunggal = sprillium)
4. Bentuk koma atau vibrios (tunggal = vibrio)
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi lebih sukar dan tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti. Pewarnaan akan menyebabkan bakteri-bakteri tersebut kontras berwarna dengan sekelilingnya, sehingga akan terlihat jelas. Adapun tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran bakteri, melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri (Volk dan Wheeler, 1980).











BAB III
Prosedur kerja
3.1           Alat
Adapun alat-alat yang di gunakan adalah:
Ø  Mikroskop elektrik
Ø  Jarum inokulum/ose
Ø  Caver glass
Ø  Objek glass
Ø  Bunsen burner
Ø  Penjepit
Ø  Cawan petri

3.2           Bahan
Bahan-bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah:
Ø  Alkohol
Ø  Kapas
Ø  Metilen blue
Ø  Tinta cina
Ø  NaCL
Ø  Gram A (kristal violet)
Ø  Gram B (yodium)
Ø  Gram C (aseton dan alkohol)
Ø  Gram D (safranin)

3.3           Cara kerja
1.     Pewarnaan Sederhana positif (+)
Cara kerjanya adalah:
Ø  Membersihkan objek glass dengan tisu atau kapas yang telah di beri alkohol
Ø  Membakar jarum ose dengan bunsen burner
Ø  Mengambil bakteri yang ada pada cawan petri dengan menggunakan jarum ose
Ø  Kemudian menggoreskan jarum ose pada objek glass
Ø  Setelah itu di teteskan aquades, dan kemudian di fiksasidi atas bunsen burner hingga kering
Ø  Setelah kering di teteskanmetilen blue dan di tutup dengan caver glass
Ø  Kemudian di tunggu hingga kering
Ø  Setelah itu mengamati menggunakan mikroskop

2.     Pewarnaan Sederhana Negatif (-)
Cara kerjanya adalah:
Ø  Membersihkan objek glass dengan menggunakan kapas yang di beri alkohol
Ø  Membakar jarum ose dengan menggunakan bunsen
Ø  Mengambil bakteri pada cawan petri dan kemudian menggoreskan pada objek glass
Ø  Setelah itu di teteskan tinta cina dan kemudiaan di bersihkan
Ø  Menunggu hingga kering
Ø  Kemudian mengamati dengan menggunakan mikroskop

3.     Pewarnaan Gram
Cara kerjanya adalah:
Ø  Membersihkan objek glass dengan menggunakan kapas yang telah di beri alkohol
Ø  Membakar jarum ose dengan bunsen burner
Ø  Mengambil bakteri pada cawan petri dan menggores pada objek glass
Ø  Setelah itu di teteskan NaCL dan di fiksasi hingga kering
Ø  Setelah kering di teteskan gram A (kristal violet) kemudian tunggu selama 1 menit
Ø  Kemudian di bilas dengan aquades, dan di teteskan gram B (yodium) dan  tunggu selama 1 menit
Ø  Setelah itu di bilas lagi dengan aquades, dan di teteskan gram C (aseton dan alkohol) dan  tunggu selama 30 detik
Ø  Di bilas lagi dengan aquades, dan di teteskan gram D (safranin) dan tunggu selama 1 menit
Ø  Setelah itu tunggu hingga kering
Ø  Kemudian mengamati dengan menggunakan mikroskop








BAB IV
Hasil dan Pembahasan
1.1           Hasil
Adapun hasil pada praktikum ini adalah:
Pewarnaan sederhana positif (+)
Bentuk        : coccus
Koloni         : putih
Warna        : putih
Pewarnaan sederhana negatif (-)
Bentuk        : staphylococcus
Koloni         : putih
Warna        : hitam
Pewarnaan Gram
Bentuk        : coccus
Koloni         : kuning
Warna        : ungu
Gram          : positif (+)

Bentuk        : diplococcus
Koloni         : orange
Warna        : ungu
Gram          : positif (+)



Bentuk        : streptobacilli
Koloni         : putih
Warna        : ungu
Gram          : positif (+)

Bentuk        : coccus
Koloni         : krem
Warna        : ungu
Gram          : positif (+)

1.2           Pembahasan
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular(bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukariota. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka. Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 lm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari kelompok lain.
Pada hasil praktikum di dapat berbagai jenis bakteri berdasarkan bentuknya, berikut pembahasannya:
1.      Coccus
Coccus, yaitu bakteri yang berbentuk bola tunggal, dan contoh bakteri ini misalnya Neisseria gonorrhoeae, yaitu penyebab penyakit kencing nanah. Penyakit ini biasanya di derita oleh orang-orang yang suka hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan baik dengan intensitas tinggi maupun rendah.
2.      Staphylococcus
Staphylococcus, yaitu bakteri yang berbentuk bola dan yang berkoloni membentuk sekelompok sel tidak teratur sehingga bentuknya mirip dompolan buah anggur. contoh virus dari bakteri ini adalah staphylococcus aureus, yaitu virus yang dapat menyebabkan penyakit impetio bulosa atau sering di sebut juga dengan cacar monyet.

3.      Diplococcus
Diplococcus, yaitu bakteri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua, misalnya Diplococcus pneumonia penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru. Adapun Ciri-Ciri dari Diplococcus adalah : Mikroskopik, bentuk coccus - susunan 2-2 (diplococcus), kapsul positif - sifat, gram positif - seperti lancet - sel tua bisa memberikan sifat gram negatif. Sifat Biakan: Hemodisgesti seperti Streptococcus alpha atau viridans Mudah lisis spontan. Patogenitas: Pneumococcus patogen bila memiliki kapsul. Berdasarkan tipe kapsul yang dimilikinya, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. tipe yang patogen terutama pada anak-anak yaitu tipe 1sampai 8
2. tipe yang patogen terutama pada dewasa yaitu tipe 6, 14, 19 dan 23.

4.      Streptobacilli
Streptobacillus, yaitu bakteri yang mambentuk rantai panjang dengan bentuk bacil. Contoh jenis pada bakteri ini adalah mycobacterium tuberculosis, yaitu virus yang dapat menyebabkan penyakit TBC. Penyakit TBC merupakan penyakit yang mematikan, karena banyak penderita penyakit ini yang tidak dapat di tolong nyawanya. Penyakit TBC di sebabkan oleh infeksi suatu bakteri yang di sebut tuberculosis. Penyakit ini juga merupakan penyakit yang menular.










BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari praktikum ini adalah:
Ø  Pewarnaan gram pada bakteri merupakan cara agar dapat mempermudah dalam mengamati sel bakteri
Ø  Pewarnaan gram juga mempermudah dalam mengamati dinding sel pada bakteri
Ø  Mahasiswa dapat mengenali berbagai bentuk bakteri

5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya mahasiswa sebaiknya lebih memperhatikan lagi pada saat praktikum agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil yang bisa mempengaruhi hasil yang di peroleh.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2011.Laporan Praktikum Morfologi Mikroba Kuliah Mikrobiologi (on-line). http://wrghar.blogspot.com (di akses tanggal 11 november 2012)
Anonim,2011. Morfologi bakteri, jamur,dan  virus(on-line). http://www.blogspot.com (di akses pada tanggal 11 november 2012)
Hadioetomo, R.S. 1985. Mirobiologi Dasar dalam Praktik. PT Gramedia Pustaka Utama.     Jakarta.
Schlegel, H.G. 1992. General Microbiology 7th Edition. Cambridge University
           Press. Cambridge.
Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga.
           Jakarta.
Sujudi, H. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. UI press. Jakarta
Puspita, H. E. 2008. Morfologi Bakteri.  http://one.indoskripsi.com//mikrobiologi/morfologi-bakteri (Diakses pada tanggal 11 November 2012)